Tuesday, March 07, 2017

Kajian Fiqih Kelompok Gerilya

Si fulan di media massa selalu bilang, "saya bukan teroris".
Begitu juga ketika fulan diwawancarai di acara talkshow di media mainstream selalu bilang, "saya bukan teroris". Fulan juga akan fasih mengutip kode-kode etika perang untuk menunjukkan bahwa ia tidak terkait dengan kelompok teror yang baru melakukan aksinya.

Namun ternyata di media-media internal teroris jaringan baru, di blog-blog internalnya, diam-diam ada tulisan perdebatan di mana ada bunyi si fulan meyakinkan kawan-kawan lamanya untuk bergabung dengan kelompok baru walaupun mereka masih ragu untuk bergabung dengan jaringan baru.

Sebelum saya membaca media-media internal tadi, awalnya saya berprasangka baik dengan si Fulan. Saya cuma menganggap si fulan sekedar garis keras lalu ada orang yang mendengar ceramahnya, terinspirasi dan memutuskan melakukan tindakan kekerasan walaupun tidak disetujui si fulan. Membaca surat-surat si Fulan di media internal ini, saya berubah posisi.

Oh iya,
pernah membaca kajian fiqih para kelompok terselubung ini?
Mereka berargumen dengan halus, mengutip sana-sini untuk menunjukkan "kedalaman" ilmunya, dan lalu akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa tindakan mereka bisa dibenarkan.

Saya beri contoh konkrit cara penggiringan untuk menyetujui pendapat mereka, yakni tentang perbudakan wanita-wanita Yazidi.

Kalau mereka ditanya, apakah memperbudak wanita non-muslim itu boleh? Mereka akan fasih menunjukkan dalil-dalil bahwa ahli dzimmi harus dilindungi. Untuk berbicara di depan umum, kepada orang-orang awam, mereka akan menggunakan wajah seperti itu. Maka orang awam pun akan merasa tenang, ah... mereka bukan dari golongan nganu.

Namun ketika dalam kajian internal mereka,
mereka akan mulai membahas tentang keyakinan suku Yazidi.
Mereka akan mengutip sumber-sumber lain yang senada dengan tuduhan mereka tentang kesesatan suku Yazidi.
Mereka akan mengeluarkan dalil mengapa keyakinan Yazidi tidak bisa disamakan dengan ahli-kitab.

Dan akhirnya, mereka akan menunjukkan argumen kebaikan dari perbudakan sebagai alternatif dari jizyah atau eksekusi. Akhirnya, seseorang yang sudah melewati tahap-tahap pendidikan mereka akan sampai pada kesimpulan bahwa perbudakan wanita di masa modern bisa dibenarkan.

Nah,
saya terdengar seperti Bigot bin Muslimfobia sekarang. :D

Intinya, jangan langsung berprasangka baik pada "ulama" kontroversial hanya berlandaskan ucapannya yang bahkan baru diucapkan setelah ia dituding sebagai pro-kelompok kekerasan. Perhatikan juga rekam jejaknya.

Pernyataan membela diri seperti ini, "Apakah pernah Negara Islam membunuh orang tak bersalah? Tidak! Yang ada adalah Negara anti-Islam yang membunuh orang yang tak bersalah karena dalam Quran  membunuh orang tak bersalah muslim atau non-muslim maka ia membunuh umat manusia", adalah pernyataan yang sebenarnya bersayap. Bisa jadi, karena dalam kajian internalnya, ia dengan mudah membelokkan kembali pada kawan-kawannya mengatakan, "tetapi yang dibunuh adalah orang-orang yang melakukan kesalahan, kekejaman pada saudara-saudara kita".

Sebelum menerima pernyataan ini,
lihat lagi rekam jejak pernyataan-pernyataan mereka sebelumnya. Seberapa konsistenkah tokoh tersebut dengan pernyataan barunya. Ketika kalian dapati rekam jejaknya cukup konsisten, maka bolehlah kalian percayai dia.


0 comments: